Thursday, December 30, 2004

Cowboy Australia (3): Romantisme tembang country si cowboy

Seperti juga romantisme wild wild west di Amerika yang dikenal lewat tembang lagu countrynya dan film hollywood, romantisme para jackaroo berkembang dari cerita-cerita yang mengisahkan kehidupan mereka. Salah satu cerita terkenal disini adalah The man from Snowy River, yang lokasinya ada di New South Wales. Di salah satu tempat pemberhentian di perjalanan, saya lupa tempatnya dimana tapi yang pasti di antara pedalaman New South Wales dan Victoria, kami makan di sebuah cafe. Di depan cafe itu ada gundukan tanah yang diberi pusara the man from snowy river. Tentunya bukan kuburan beneran.

Tembang country di Australiapun berkembang tak kalah seperti di Amerika Serikat. Dalam perjalanan pulang dari New South Wales ke Queenslands liburan bulan Januari 2004 yang lalu kami memutuskan untuk melewati jalur alternatif New England Highway yang melewati kota-kota kecil di pedalaman. Kami berencana untuk mengunjungi Tamworth yang dikenal sebagai Ibu Kota Musik Country-nya Australia. Sebenarnya kami bukan penggemar berat country musik. Satu-satunya pemusik country Australia yang kami tahu cuma almarhum Slim Dusty (nama aslinya David Gordon Kirkpatrick), itupun gara-gara lagunya dipasang terus menerus di radio dan obituarynya disiarkan di TV berulang kali saat beliau meninggal bulan september 2003 yang lalu. Slim dusty memang ikon pemusik balada Australia dan cerminan true blue-nya orang Australia. Pemakamannya dilakukan secara kenegaraan. Bicara Slim dusty pasti akan terkait dengan Tamworth. Sepanjang karirnya dia dianugerahi 36 Penghargaan Gitar Emas di Tamworth. Penasaran seperti apa Tamworth saat festival, dari jauh-jauh hari kami merancang untuk khusus melewati Tamworth.

Tamworth boleh jadi Mekahnya musik country Australia, mungkin hampir sama dengan Nashville di Amrik sono. Setiap bulan Januari berbondong-bondong para pemusik country Australia mengikuti festival musik country selama 10 hari dengan kulminasi penyerahan Golden Guitar Award kepada pemusik country terpopuler. Berhubung supir sudah capai dan hari sudah malam, selain kami juga kuatir tidak ada kapling di Tamworth karena bertepatan dengan festival musik country, akhirnya kami menginap di suatu tempat sekitar 150 km dari Tamworth. Saya lupa namanya apa, tapi kotanya memang kecil sekali dan sepi. Ini juga satu-satunya lokasi berkemah termurah yang kami temui selama satu bulan keliling, hanya 14 AUD semalam untuk satu keluarga!

Pengunjung yang melewati Tamworth dipastikan tidak akan menyasar. Sebuah patung Gitar Raksasa menghiasi sisi jalan memasuki kota ini. Di dekat patung Gitar Raksasa ini juga terdapat Museum Lilin yang mengabadikan para pemusik country terkenal dan toko souvenir. Jangan lupa untuk minimal membeli pin guitar emas sebagai kenang-kenangan.

Untuk para penggemar musik country di Indonesia, kalau ke Australia jangan lewatkan untuk mengunjungi Tamworth di bulan Januari. Walaupun kami hanya berhenti di Tamworth selama ½ hari, suasana festival sangat kental terasa. Saat kami datang, Tamworth benar-benar ramai. Tempat penginapan tumpah ruah, tempat-tempat berkemah penuh sesak dengan tenda dan caravan beraneka rupa. Suasananya benar-benar seperti jamboree. Semalam sebelumnya hujan lebat mengguyur daerah Tamworth dan sekitarnya (termasuk kota tempat kami menginap). Tak pelak, banjir dimana-mana. Selama 3 tahun baru pertama kali ini melihat banjir di Australia. Untung juga tidak menginap di Tamworth. Soalnya orang-orang yang bertenda banyak yang hijrah karena tempat kemahnya kebanjiran.

Apa yang bisa dikerjakan selama melewati Tamworth? Kalau datang saat festival dan ingin melihat musik country gratisan, pusat kotalah tempatnya. Selama festival jalanan sepanjang pusat kota ditutup dan dipenuhi oleh berbagai pemusik jalanan. Masuk pertokoan juga ada pemusik di dalamnya. Bahkan di cafe dan pub juga pasti ada saja yang pertunjukan. Mau menikmati musik country dengan harmonika yang menyanyat, dentingan banyo yang riang ditimpahi dengan biola, nada sendu cowboy yang menanti cinta (ceile), balada blues, semuanya ada. Penyanyinya beragam mulai dari pemusik pemula, anak kecil, kakek-kakek sampai pemain semi profesional dan pro yang menjajakan CD mereka, bernyanyi dengan jarak antar penyanyi kurang dari 5 meter. Peel Street tempat para pengamen jalanan ini dikenal dengan nama Boulevard of Dreams karena banyak penyanyi country music profesional karirnya menanjak setelah ditemukan para produser atau pencari bakat di tempat ini. Berbagai “warung” makanan dan minuman komplit disini. Sayang euy makanan a la bule, fish and chips, hamburger dan lainnya membosankan. Selain itu ada para penari line-dance, itu lho tarian cowboy yang mengandalkan kecekatan dan hentakan kaki. Pada akhir festival biasanya diadakan line-dance terpanjang di dunia yang masuk ke dalam Guinnes Book of Record. Selama festival ini tidak kurang dari 2500 pertunjukan diadakan di 100 tempat berbeda dengan jumlah pengunjung sekitar 40.000 orang. Festival ini sendiri sudah diadakan sejak tahun 1960an.

Indra pendengar dan penglihatan benar-benar dimanjakan disini. Para pengunjung umumnya menggunakan pakaian a la western alias denim, denim, denim ditambah kemeja kotak-kotak, topi cowboy Akubra, ikat pinggang dengan gesper lebar dan sepatu boot. Pokoknya western habis deh. Tapi namanya di Australia, ada juga sih yang cuma pakai singlet, celana pendek dan sendal jepit. Yang pasti ada satu hal berbeda yang kami rasakan saat berkunjung ke sini. Hampir tidak ada pengunjung bertampang Asia di Tamworth. Beda saat kami mengunjungi pusat-pusat turis di kota-kota besar seperti Sydney, Melbourne dan Brisbane dimana tampang Asia (umumnya turis Jepang) kadang-kadang mendominasi. Toh kami tidak merasa terganggu dan menikmati kesempatan langka melihat berbagai karakter orang Australia: mulai dari cowboy, petani, orang kota, pengamen, orang-orang Koori, dengan berbagai jenis slang khas Australia-nya lalu lalang di festival yang mengasyikan ini.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home