Friday, November 05, 2004

KUTU

Baru saja kemarin Adinda bawa “surat cinta” dari sekolah.
“Dear parents, it has come to the attention of the school that there has been a case of headlice in your child’s class. Parents are requested to inspect their children’s hari and carry out treatment if head lice are detected.”

Surat edaran berwarna (kadang hijau atau kuning) ini memang biasa diedarkan sekitar musim panas saat kutu-kutu tumbuh dengan nyaman. Datang dari negara tropis yang orang berkutu merupakan pemandangan biasa di kendaraan umum, rasanya tak percaya bahwa kutu rambut juga ada di Australia. Ingatan segera melayang saat masih di Indonesia. Tiap kali punya pembantu baru hal pertama yang pasti dilihat apakah pembantu berkutu atau tidak. Peditox , satu-satunya obat kutu yang saya ketahui ada di Indonesia, merupakan penghuni tetap kotak obat di rumah selain serit, sisir halus penyaring kutu. Karena umumnya perempuan memiliki rambut panjang, kebanyakan penderita kutu rambut ya perempuan. Di desa-desa di Indonesia, mencari kutu mungkin merupakan salah satu kegiatan sosial yang penting. Bagaimana tidak, inilah salah satu kesempatan dimana para perempuan berkumpul dan berbagi informasi (kata halus dari bergunjing) sambil mencari kutu.

Menurut encyclopedia, kutu merupakan nama generik dari insekta berukuran kecil tak bersayap. Kutu rambut (Pediculus humanus captitis) merupakan kutu yang paling dikenal manusia karena selalu dijumpai diantara rambut manusia dimana telurnya biasa menempel di rambut. Sebenarnya kutu rambut bukan satu-satunya kutu yang hidup di manusia. Ada crab louse (Phthirus pubis) yang bisa dijumpai di rambut pubik (sekitar kemaluan) manusia dan body louse (Pediculus humanus humanus) yang biasa djumpai di baju-baju manusia.

Selain kutu yang ada di rambut manusia, berbagai jenis kutu juga dijumpai di hewan domestik maupun yang hidup di alam bebas. Sebut saja kutu yang ada di anjing, kucing, kuda, sapi. Biasanya jenis kutu ini menghisap darah, bekas hisapannya menghasilkan rasa gatal pada kepala. Kutu-kutu di atas ini biasanya disebut sebagai true lice dan masuk dalam ordo Phthiraptera. Kutu yang dijumpai pada burung berbeda dengan true lice. Jenis ini biasanya mempunyai bagian mulut yang menggigit (bukan mengisap). Mereka makan bulu-bulu atau kulit burung dan kadangkala kulit hewan lainnya.

Kutu pada manusia tidak disukai karena hewan ini diindikasikan sebagai cermin kebersihan seseorang. Walaupun demikian, bisa saja seseorang terkena kutu karena tertular dari orang lain. Tanda-tanda terserang kutu biasa diketahui dari rasa gatal disekitar belakang kepala dan telinga. Telur kutu yang berwarna keputihan dan bentuk lonjong juga dapat dengan mudah terlihat menempel di untaian rambut, terutama untuk orang Indonesia yang mayoritas rambutnya berwarna hitam. Kutu biasanya hidup sebagai parasit dengan mengambil darah dari induk semangnya. Kutu rambut hidup dari darah manusia dan hanya hidup selama 1 bulan saja. Selama hidup sang betina bisa menghasilkan 300 telur kutu atau sekitar 10 telur per hari.

Kembali soal kutu rambut di Australia, 2 tahun lalu sekolah anak-anak (Mundingburra State School) kebagian sebagai salah satu sekolah yang menjadi tempat penelitian tentang kutu rambut oleh para peneliti dari Fakultas Kedokteran James Cook University. Proyek ini termasuk proyek besar yang bertujuan meneliti biologi dan morfologi kutu rambut untuk mengatasi dan mengelola penyebaran kutu rambut. Sebelum penelitian dimulai, kami para orangtua diberi semacam edaran mengenai kutu rambut dan kenapa penelitian ini dilakukan. Setelah itu semua anak di sekolah tersebut diperiksa rambutnya.

Tim peneliti yang diketuai oleh Rick Speare ini menyisir sekitar 2000 anak SD dari 118 kelas dan menemukan sekitar 25 % anak memiliki kutu. Tidak tanggung-tanggung, tim peneliti menemukan sekitar sekitar 14 ribu kutu dari kepala anak-anak tersebut. Anak-anak yang diketahui berkutu tersebut kemudian diberi obat kutu yang harus digunakan dua kali. Satu kali untuk mematikan kutu yang sudah besar, dan yang kedua kalinya dilakukan 7 hari kemudian untuk mematikan anak-anak kutu yang menetas dari telur karena tidak ada obat yang bisa membunuh telur kutu.

Pikir-pikir, kenapa mereka begitu memperhatikan masalah kutu? Saya belum pernah mendengar ada penelitian tentang kutu di Indonesia. Yang pasti punya kutu memang tidak akan menyebabkan kematian, walaupun demikian kutu rambut yang diabaikan bisa menyebabkan infeksi bakteri sekunder bagi sang inang (manusia).

Bagaimana dengan anak saya? Begitu edaran hijau pertama kali dilayangkan saya langsung heboh mencari obat kutu di chemist (kalau diterjemahkan harafiah toko kimia tapi di Australia artinya apotik). Ternyata, banyak sekali ragamnya obat kutu disini. Mungkin ada lebih dari 10 merek yang saya lihat. Apa ini bisa jadi indikasi bahwa kutu di Australia lebih banyak daripada di Indonesia? Entahlah, yang pasti saat penelitian para dokter dilakukan, keluarga kami sudah bebas kutu karena obat kutu biasaya dipakaikan bukan untuk satu orang yang diketahui berkutu tapi untuk seluruh penghuni rumah. Akhirnya, seperti juga di Indonesia, obat kutu dan serit merupakan salah satu penghuni penting kotak obat keluarga.

Ah, sepertinya minggu ini sekali lagi kami sekeluarga bakalan bakalan obat kutu :(

Miki

0 Comments:

<< Home