Tuesday, December 21, 2004

SEMINAR


Kemarin siang teman seangkatan di JCU, mbak Dani (Prabawardani Sarawasti) melakukan PhD exit seminar. Tak terasa euy, sebentar lagi giliran saya yang akan menjalankan exit seminar. Saat berada di Indonesia, seminar merupakan campuran antara momok dan kebosanan. Seminar menjadi momok saat saya harus memberikan presentasi, anehnya bukan karena saya harus menjelaskan apa isi presentasi, tapi lebih karena pada saat itu saya harus memberikan lebih banyak perhatian kepada penampilan. Baju diusahakan serasi (sedapat mungkin baju model three-piece buat perempuan, kemeja lengan panjang dengan dasi plus jas bila mampu buat lelaki), penampilan harus menunjukkan profesionalitas sebagai dosen, dan sebagainya. Lebih parah lagi kalau seminar diadakan sebagai bagian dari kegiatan akademik, misalnya presentasi hasil penelitian untuk program master. Bukan saja penampilan harus wah, saya juga harus berpusing-pusing ria memikirkan makanan apa yang harus dibawa supaya peserta seminar tidak merasa kecewa.

Di lain sisi, seminar jadi hal yang membosankan kalau saya menjadi peserta biasa. Setiap seminar terutama yang menggunakan judul “ Seminar Nasional” seringkali memaksa pejabat memberikan pengarahan atau keynote yang seringkali bertele-tele, isi seminar seringkali tidak ada hal yang baru, dan seminar sekali lagi seringkali memaksakan untuk membuat „resolusi“di akhir sesi yang berisi rekomendasi kosong. Sebagai bagian dari insan akademik, baik sebagai dosen maupun waktu menjadi mahasiswa S2 di kampus yang sama, seringkali saya mengharapkan di kampus ada seminar-seminar kecil non formal yang berbobot. Sayangnya selain pengumuman seminar wajib bagi mahasiswa, papan pengumuman di kampus lebih banyak berisi ajakan kegiatan beragama daripada kegiatan ilmiah.

Tak heran waktu saya tiba di kampus James Cook University tempat saya sekarang belajar, saya takjub bukan kepalang melihat program seminar mereka. Di kampus ini seminar diadakan baik oleh staf pengajar maupun oleh mahasiswa pasca sarjana. Setiap awal semester setiap school (disini mungkin setara dengan jurusan) akan mengeluarkan jadwal seminar yang akan diadakan setiap minggunya. Pemberi seminar bukan saja oleh staf JCU tapi juga oleh peneliti tamu dari berbagai universitas di berbagai negara yang memang mempunyai keahlian di bidangnya masing-masing.

Di luar seminar ini, masih ada seminar wajib untuk mahasiwa pasca sarjana yang sudah menyelesaikan penelitiannya. Selain itu, mahasiswa pasca-sarjana di setiap school umumnya membentuk komunitas diskusi sendiri dan setiap minggu mengadakan diskusi atau presentasi mengenai satu topik. Kadang-kadang diskusi dilakukan untuk membahas artikel terbaru dari satu jurnal, atau presentasi mengenai hasil penelitian atau perjalanan seseorang. Kemudian, kegiatan akademik ini masih ditambah lagi dengan pertemuan rutin staf dan mahasiswa pasca-sarjana pada satu lab yang umumnya membahas kemajuan penelitian anggota lab.

Karena umumnya mahasiswa pasca sarjana disini, terutama yang mengambil S-3, tidak mengambil kelas melainkan murni melakukan penelitian melulu, pertemuan-pertemuan seperti ini menjadi ajang yang paling baik untuk belajar. Seminar ini juga menjadi ajang komunikasi antar staf peneliti karena setiap staf peneliti diharapkan dapat memberi informasi terkini penelitian yang dilakukan mereka. Tidak seperti di Indonesia, seringkali antar rekan satu jurusan tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh rekannya sendiri.

Pengumuman seminar biasanya diedarkan melalui e-mail atau ditempel di papan pengumuman. Kita dapat memilih untuk mengikuti topik seminar yang menarik atau yang berhubungan dengan penelitian dan masuk ke ruang seminar yang dituju. Kalau seminar di kampus dirasakan belum cukup, seringkali lembaga-lembaga penelitian milik pemerintah seperti AIMS dan CSIRO memberikan pengumuman mengenai seminar yang akan diadakan di tempat mereka.

Suasana seminar di sini umumnya terkesan sangat informal buat orang Indonesia. Penampilan tidak menjadi perhatian utama, orang-orang di Queensland Utara terkenal sebagai orang paling berpenampilan santai di Australia. Jadi boro-boro dandan, pemberi seminar seringkali menggunakan celana pendek dan kaos oblong ditambah sandal jepit. Soal makanan, jarang sekali seminar memberi makan. Kadang-kadang ada pertemuan yang menyediakan biskuit dan minuman teh dan kopi. Tentunya yang disediakan cuma teh celup dan kopi instant yang harus diseduh sendiri.

Bagaimana dengan seminar formal? Selama disini, saya berkesempatan ikut seminar baik di Australia maupun di negara lain. Kesannya, padat dan berisi. Seperti juga seminar disini, pembukaan diawali dengan keynote speaker yang alhamdulilah isinya nyambung dan tidak bertele-tele. Keynote speaker tidak dibawakan oleh pejabat tapi oleh rektor universitas yang menjadi tuan rumah atau oleh figur peneliti kawakan. Walaupun pembawa presentasi tidak seurakan pembawa seminar di kampus saya, toh buat orang Indonesia penampilan luar mereka sangat bersahaja. Yang pasti kesahajaan di luar ini bertolak belakang dengan dengan isi presentasi mereka. Apa yang dikemukan umumnya merupakan hasil penelitian mutakhir dan belum dipublikasikan di jurnal. Oleh karena itu biasanya banyak „agen-agen“ jurnal terkenal yang berkeliaran di seminar internasional untuk mendekati pembawa makalah yang memiliki potensi untuk menulis di jurnal mereka.

Lain halnya dengan seminar di Indonesia yang biasanya direpotkan dengan sertifikat, seminar disini tidak pernah memberikan sertifikat. Pernah seorang teman, yang mungkin mengharapkan keikutsertaannya sebagai peserta seminar bisa dipakai untuk menambah cum saat pulang nanti, meminta sertifikat. Dengan terheran-heran, akhirnya panitia membuat certificate of attendance khusus buat sang teman.

Kapankah perguruan tinggi kita bisa menggiatkan kegiatan seminar akademik seperti ini? Tidak usah membuat seminar yang besar dan menghabiskan dana mahal, cukup membuat seminar atau diskusi nonformal setiap minggu yang bisa dihadiri oleh siapa saja. Teknologi email bisa digunakan untuk menyebarluaskan undangan. Alangkah baiknya bila kegiatan diskusi ilmiah bisa dilakukan sesering mungkin dan melibatkan banyak orang. Siapa tahu dari forum ilmiah yang tidak boros ini nantinya akan menghasilkan lebih banyak lagi penelitian yang bermutu.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home