Sunday, December 26, 2004

BERBURU KATAK DI NEGERI KANGURU

Natalan kali ini nggak ada cerita khusus, kecuali kenyang diundang makan dimana-mana. Jadi kali ini saya tulis saja pengalaman cari katak jaman baheula waktu awal datang di Townsville (foto menyusul). Berhubung penelitian saya mengenai katak, sebelum mulai penelitian saya belajar metode penelitian sambil nyambi bantuin teman yang sedang melakukan penelitian mengenai katak. Buat yang penasaran ingin tahu penelitian saya lihat saja link ini http://www.jcu.edu.au/school/tbiol/zoology/herp/current/mikiabst.shtml

Are you sure that this is part of your transect?“, tanya Katryn dan saya sambil berharap-harap cemas bahwa Doug akan menjawab tidak. Betapa tidak cemas, sore itu kami sudah berjalan menyusur sungai sekitar 2 jam, dengan badan yang rasanya biru lebam karena tergelincir di bebatuan licin sambil menenteng GPS mencari titik penelitian Doug, kemudian wham.... di depan kami terpampang air terjun setinggi 12 m. Dalam kondisi lelah seperti ini, saya dan Katryn sudah tidak membayangkan akan punya cukup energi untuk memanjat sisi air terjun, yang walaupun bentuknya bertangga-tangga tapi tentunya tetap tidak mudah untuk dipanjat.

Sure!”, jawab Doug mantap sambil menatap angka koordinat yang tertera dalam GPS. Kontan Katryn dan saya terdiam lemas, sementara Doug , calon doktor muda yang pada saat cerita ini masih berusia 21 tahun, dengan lincahnya berjalan ke muka. Gile bener, pada umur sekian saya sudah cukup bahagia bisa lulus S1. Tiga tahun kemudian, tahun 2004 ini, doi sudah jadi doktor!

Saat itu sudah hari ke-3 kami menyusuri sungai-sungai di Tablelands, Cairns dalam rangka membantu penelitian Doug, postgraduate student asal Amerika, yang dalam penelitiannya mencoba mencari jawaban penyebab langkanya kodok-kodok di sungai dalam hutan yang masih asli. Kebetulan, saya sendiri akan melakukan penelitian mengenai kodok. Jadi saya ikut volunteer menjadi asisten sekaligus belajar metode penelitian. Selain saya, volunter lain adalah Katryn, doktor baru geology asal New Zealand. Bisa dikatakan ini tim internasional.

Daerah Cairns tempat kami berada saat itu merupakan bagian dari Queensland Utara dan merupakan satu-satunya ekosistem hutan tropika basah di Australia. Sebagian besar dari hutan ini telah berubah menjadi padang penggembalaan sapi dan perkebunan namun sebagian besar yang tersisa dan ada di kawasan Tablelands kini dilindungi dalam kawasan taman nasional. Daerah ini sendiri bisa dibilang sebagai dataran tinggi untuk ukuran Australia yang datar, dengan ketinggian lebih dari 400 m dari permukaan laut. Dibandingkan dengan Townsville, tempat kami tinggal, jelas Tablelands lebih sejuk. Saat itu, sekitar bulan Mei 2001 mendekati musim dingin, suhu udara siang hari berkisar 15oC.

Perjalanan dari Townsville-Tablelands, kami tempuh dengan mobil selama sekitar 5 jam. Berhubung ada dua kegiatan di dua tempat berbeda yang dilakukan selama 5 hari, kami langsung menuju tempat penelitian pertama. Pada hari pertama, kami merencanakan untuk menetapkan transek dan mencari kecebong. Kemudian malamnya mencari kodok. Sebagai informasi, kodok biasanya aktif malam hari. Jadi malambiasanya dipakai untuk cari katak dan sianguntuk mencari kecebong.

Berbeda dengan di Indonesia dimana kalau akses ke hutan biasanya harus ditempuh dengan berjalan kaki berjam-jam, maka disini bisa dibilang akses jalan mobil (walaupun jalan kecil) ada sampai pinggir hutan. Cukup menguntungkan untuk penelitian ini. Pada hari pertama itu, kami langsung ke lokasi penelitian sebelum ke camp. Sialnya, Doug rupanya lupa jalan masuk ke sungai itu. Dia rupanya tidak percaya dengan peralatan GPSnya yang mengatakan bahwa titik kami masuk itu sekitar 1,5 km dari titik penelitian. Alhasil kami harus berjalan sekitar 1,5 jam untuk bertemu sungai yang ternyata sungai yang salah. Akhirnya kami kembali dan memutuskan untuk mencoba menyusuri jalan mobil di sisi hutan. Ternyata, tak lama kemudian kami ketemu titik yang benar ... 36 m dari lokasi penelitian! Keruan saja Katryn dan saya ngomel-ngomel ke Doug. Bayangkan, kami baru tiba dari perjalan jauh kemudian harus langsung masuk menerobos hutan yang benar-benar seperti hutan di Indonesia, dalam arti kata penuh tanaman rambat berduri dan pacet, sambil kedinginan dan ternyata lokasinya salah! Yang mengesalkan, begitu sampai camp saya baru sadar bahwa ada 4 pacet yang dengan heboh menggigit kaki dan paha saya. Gila, seumur-umur masuk hutan di Indonesia saya belum pernah kena pacet, eh ... malah kena pertama kali di Australia!

Berhubung saya dan Katryn merasa tidak memiliki tenaga seheboh Doug, kami membantu mencari kodok bergiliran dua malam sekali. Pencarian kodok 2 hari pertama di lokasi awal hampir tidak ada masalah. Yang menjadi masalah saat kami pindah ke Frenchman Creek. Tempat ini luar biasa indahnya. Sungai arus deras, batu-batu besar, ada kolam-kolam air jernih dengan dasar yang berpasir, air terjun bertingkat ... benar-benar picture perfect! Tapi alamak ..... indah untuk dilihat namun mengerikan untuk dijalani! Siang hari saja saat mencari kecebong, sudah tak terhitung berapa kali saya tercebur. Begitu lihat air terjun dan si Doug udah manjat batu di pinggir, Katryn dan saya langsung mandeg nggak mau maju. Tapi melihat kegigihan calon doktor yang masih muda itu, akhirnya kita ikut juga. Ternyata memang justru di kolam-kolam di antara batu-batu sisi-sisi air terjun itu kita ketemu banyak kecebong.

Baru malam ke-2 saya ikutan nyari kodok lagi di Frenchman Creek. Malam pertama disana giliran Katryn yang ikut dan mereka tidak kembali sampai jam 5.30 pagi. Biasanya kalau kita berangkat jam 9.00 malam, sekitar jam 2.00 pagi sudah kembali. Keruan saja saya deg-degan. Ternyata, saking banyaknya kodok yang harus diukur mereka kerja sampai pagi. Untung saya belum sempet nelfon 000 (emergency).

Bisa dibayangkan malam selanjutnya saat saya ikutan nyari kodok. Ternyata malam kemarin, Katryn ngadat tidak mau naik ke air terjun, “I am going to die if I have to climb that thing”, sungutnya pagi-pagi. Jadi lah malam ini saya yang kebagian manjat air terjun. Sialnya, ada satu saat dimana kita kehilangan arah sehingga berputar kembali ke tempat semula (soalnya tu sungai banyak cabangnya). Waduh, sempet takut juga apalagi kalau diingat waktu itu malam Jum'at yang hari Jum'atnya tanggal 13. Pokoknya saya udah full doa deh .. walaupun saya pikir penunggu hutan Australia barangkali beda sama penunggu hutan melayu ye...

Untung lah (mungkin berkat doa saya ..he..he..) kita akhirnya menemukan arah sungai yang benar. Tapi malam itu saya bener-bener namanya full doa sepanjang malam. Masak iya, saya jauh-jauh sekolah doktor cuma buat nyungsep di kali Australia ...he...he... Yang menyebalkan, sekitar jam 2 malam mata rasanya sudah susah untuk dibuka. Sementara kodok banyak bener yang "muncul", entah yang ada di daun, di batu, setengah mati deh nangkepin dan kudu ngukur. Terakhirnya saya rada bandel juga. Biar kata ada kodok di depan muka ... cuekin aja. Ada satu saat saya harusnya mencatat malah tertidur sampai kemudian terdengar samar-samar suara Doug “ Miki .. wake up .. there is a frog near there. Catch it!” Aduh, rasanya ingin bilang „hei kodok .. menghilang sebentar saja!“. Rupanya kekecutan saya terlihat juga, karena beberapa hari kemudian Doug bilang bahwa saat saya dibangunkan untuk menangkap kodok tatapan saya mematikan “ … you gave me the dirtiest look…!”

Hari sudah menjelang fajar ketika kami kembali ke camp. Pagi itu juga kami akan kembali ke Townsville. Sementara saya dan Doug tertidur lelap di mobil, Katryn, yang sudah istirahat satu malam penuh, dipercaya untuk menyetir mobil universitas kami. Di perjalanan saya bermimpi melihat kembali keajaiban hutan tropis di malam hari. Berjalan malam melihat sisi lain dari hutan yang mungkin tidak terlihat siang hari. Bagaimana kami melihat burung raja udang yang sedang tidur di dahan. Kelebat warna bulu biru cerah dan hijau serta paruh merah melintas saat burung yang terganggu itu pindah ke tempat yang lebih nyaman. Kelebat platypus dan ikan di air. Kupu-kupu, jangkrik berduri dan kelabang bertanduk. Ular yang bergelantungan dengan nyaman di pohon. Ah, betapa cantiknya!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home