Tuesday, October 05, 2004

CAIRNS, PINTU GERBANG QUEENSLAND UTARA

Walaupun mati-matian Townsville, kota tempat saya kini tinggal, mengaku sebagai “ibu kota” Queensland Utara namun dibandingkan Cairns tetap saja kehidupan lebih ramai di Cairns. Cairns bisa jadi kota teramai di ujung utara Queenslands dan dengan adanya bandara International merupakan salah satu pintu gerbang Australia dari pendatang terutama dari Amrik dan Jepang. Jadi jangan heran deh kalau banyak banget penduduk dari negara matahari terbit ini yang hilir mudik di Cairns!

Berjarak sekitar 4 jam perjalanan mobil (dengan kecepatan rata-rata 100 – 100 km/jam), kota ini merupakan salah satu kota favorit bagi penghuni Townsville yang ingin liburan dengan mobil tapi tidak ingin terlalu lama berkendaraan. Maklum, kalau mau menuju Brisbane di Selatan, minimal perlu 2 hari habis-habisan mengendarai mobil. Jadi lebih baik ke Cairns deh.

Mungkin lebih dari 5 kali saya sudah ke Cairns, mulai dari liburan, seminar sampai sekedar numpang lewat bandara karena terbang ke negara lain. Minggu lalu, lagi-lagi kami sekeluarga berlibur disana selama 4 malam 5 hari. Konon sih tadinya mau “stop” liburan dengan judul konsentrasi bikin thesis. Tapi namanya anak-anak libur sekolah, gatel banget mereka … hilang deh konsentrasi … ya sudah kita nge-pak barang dan hijrah ke Cairns.

Pengalaman pertama ke Cairns adalah awal Januari 2002. Saat itu kami menginap di Caravan park dan puas keliling bukan saja di Cairns tapi juga ke Tablelands, wilayah pegunungan sekitar 1 jam dari Cairns. Mungkin bisa disetarakan dengan Puncak, namun tanpa keruwetan pasar, macet dan spanduk hilir-mudik di jalan! Banyak yang berubah dari Dua tahun kemudian, banyak yang berubah dari Cairns. Cairns kini punya lagoon buatan dan tempat main anak di esplanade. Lagoon buatan ini dipakai untuk berenang dan terletak di jalan pedestrian sepanjang tepi pantai pusat kota Cairns. Pantai Cairns sendiri karena terletak di muara, bukan pasir tapi lumpur. Lagipula, laut di Queensland utara memang tidak bisa diberenangi selama musim panas karena adanya ubur-ubur. Sebagai gantinya, dibuatlah lagoon ini. Berenang di lagoon ini gratis, tinggal nyebur aja. Orang Queensland sepertinya memang hobby bikin kolam renang gratisan. Selain Cairns, Townsville juga punya (namanya The Rockpool), lalu juga di Whitsunday dan Brisbane. Di Brisbane “laut” buatannya malah di sepanjang sungai!

Ngapain aja ke Cairns? Yang pasti main-main di esplanadenya sekarang sudah tambah asyik. Hari minggu bisa juga ke pasar buah-buahan yang cuma buka week-ends yaitu Rusty’s market. Dulu pasarnya persis kayak pasar becek di Indonesia. Waktu minggu lalu kami ke sana, pasarnya sudah rapi tertata.

Kalau mau muter-muter sedikit bisa pergi ke Kuranda sekitar 15 km dari Cairns. Kuranda terletak di atas bukit, dan kawasan hutannya konon masuk ke dalam world heritage. Tahun 2002 kami ikut paket khusus naik kereta api ke Kuranda kemudian kembali dengan skyrail. Keretanya sih biasa saja tapi pemandangannya yang asyik. Apalagi di perjalan kereta berhenti beberapa kali, terutama di tempat-tempat yang indah seperti air terjun Barron Gorge sehingga kita bisa turun dan berfoto ria. Sayang waktu kita kesana lagi musim kering euy sehingga airnya sedikit. Di Kuranda ada art market, jadi turis yang pengen bawa oleh-oleh kalau tidak hati-hati bisa bolong deh kantongnya.

Naik skyrail melewati hutan di bawah juga sama asyiknya.Kalau dari skyrail masih belum capek, bisa pergi ke Tjapukai tepat di sebelah stasiun skyrail. Di Tjapukai digelar pertunjukan kebudayaan orang Aborigin.

Karena kita sudah lumayan puas di kota Cairns, minggu lalu kami tidak menginap di tengah kota tapi ke pantai Trinity beach yang berjarak sekitar 20 km dari utara Cairns. Kami berkemah di Trinity beach caravan park yang sepanjang pengalaman mencoba berbagai Caravan park di Australia merupakan satu-satunya caravan park yang menyediakan fasilitas ensuite terpisah (shower, WC dan wastafel cuci muka) untuk orang-orang camping. Biasanya kalau kita camping, kamar mandi umumnya seperti di barak, satu lorong gede dengan 5 – 10 kamar mandi. WCnya juga sami mawon. Jadi kadang-kadang nggak terlalu nyaman karena kalau ngantre harus menunggu di lorong.

Tempat kami menginap ternyata tempat favorit burung, ratusan burung kakatua putih tiap malam bersarang di salah satu pohon dekat kami berkemah. Malam pertama susah sekali tidur karena belum terbiasa mendengar burung yang ribut luar biasa menjelang fajar. Untungnya kami nggak salah cari pohon, soalnya ada orang yang berkemah tepat di bawah pohon sarang kakatua dan malam hari (ketika dia baru ngeh kalau burung kakatua bertengger disana) mau nggak mau pindah tempat. Bukan sekedar ributnya, tapi mana tahan atap tenda dihujani buangan burung! Selain kakatua, nuri juga berkeliaran dengan tenang. Asyik sekali melihat burung dengan bebas bercengkerama dekat kita.

Di Trinity yang pantainya putih tidak berlumpur anak-anak bisa dengan tenang main di pantai dan berenang di laut. Ini kan masih musim semi, jadi belum musim ubur-ubur. Di Cairns biasanya orang pergi ke Great Barrier Reef untuk snorkelling atau menyelam. Inipun kami lakukan (lihat cerita sebelumnya).

Biasanya orang-orang yang liburan ke Cairns tidak pernah melewati kesempatan mengunjungi Tablelands. Tablelands sendiri terdiri dari berbagai kota kecil antara lain Innisfail, Atherton, Malanda, Milla milla, Yungaburra, Ravenshoe, Mareeba dan Herberton. Hawa pegunungan, bentang alam yang beragam mulai dari pertanian, padang penggembalaan sapi, air terjun, danau sampai hutan tropis membuat Tablelands menjadi lokasi kunjungan favorit buat kami.

Tempat favorit Tablelands buat Adinda adalah Ravenshoe. Disitu ada windfarm, pembangkita enegri alternatif dari angin. Puluhan kincir angin berserakan di windfam ini dan Adinda yang waktu itu sedang tergila-gila dengan Teletubbies percaya saja waktu kami bilang bahwa ini rumahnya si Teletubbies. Dua kali sudah kami berkemah di Malanda, dimana lokasi kemahnya berdekatan dengan air terjun yang bagian bawahnya dibendung sehingga bisa dipakai untuk berenang.

Minggu lalu kami tidak berkemah tapi menginap di rumah peristirahatan keluarga Morgan di sekitar Yungaburra. Thomas Morgan, anak pasangan Terry dan Christine Morgan teman baik Benz dari SD sampai highschool. Kita ke sana ceritanya sambil mengantar Benz yang akan menginap seminggu. Alamak, tanahnya saja 17 hektar dan yang punya rumah hobi menghutankan tanah mereka. Pokoknya asyik sekali deh seakan di hutan, lengkap dengan sungai di dalamnya! Hari pertama saja si Thomas dan Benz sudah nenteng-nenteng kura-kura mungut dari sungai. Entah kapan lagi kami bisa mengunjungi Cairns dan Tablelands. Mengingat scholarship sudah diujung penghabisan, sepertinya ini bisa jadi kunjungan kami terakhir. Tapi, siapa tahu?!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home